ryansjinju team

ryanmaphin

Jumat, 29 Oktober 2010

PESAN-PESAN ""LANGIT"" UNTUK SEMESTA


PESAN PESAN “LANGIT” UNTUK SEMESTA
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita baca—kita resapi—kita nikmati sajian yang tersuguhkan secara apa adanya. Tidak perlu melakukan penilaian, apalagi membanding-bandingkan dengan pengetahuan yang pernah kita kumpulkan semasa kita hidup. Kita pasrah dan ikhlas saja menerima sesuatu yang barangkali baru. Namun sebenarnya, hal-hal seperti ini bukanlah hal baru khususnya bagi yang sudah “sampai pada tahap perjalanan spiritual tertentu.” Bagi yang belum “sampai pada tahap perjalanan spiritual tertentu” bisa jadi penjelasan-penjelasan di bawah ini terasa janggal dan tidak masuk akal.

Kami sangat memahami dan menyadari bahwa soal-soal seperti ini memang terasa tidak masuk akal. Padahal sebenarnya, tidak ada yang tidak masuk akal bila diri sendiri sudah pernah mengalaminya. Mungkin terasa tidak masuk akal karena kita belum mampu menghubung-hubungkan satu perkara dengan perkara lainnya. Rasio atau akal kita memang sangat terbatas. Dengan keterbatasan akal kita inilah dunia dan peradaban kita terbentuk sedemikian rupa sehingga apa yang terasa tidak masuk akal tidak mendapat tempat. Dunia berkembang menjadi sebuah wahana dimana akal didewa-dewakan. Sementara apa yang terasa tidak masuk akal ditolak dan dienyahkan. Pada akhirnya dunia dan peradaban menjadi dangkal dan kasar. Kita semua pasti merasakan hal ini meski kita tidak mampu untuk mengungkapkannya.

Sebelumnya, kita sudah mengenal bahwa para leluhur kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan kita dengan berbagai cara. Ada yang langsung bisa kita temui dalam wujud dan sosok manusia seperti wujud kita. Ada yang hanya bisa berkomunikasi dengan kita melalui mimpi. Ada yang meninggalkan pesan melalui benda-benda pusaka sehingga kita diharapkan bisa mencerna maknanya. Ada pula yang sangat jelas dan riil yaitu melalui telepon dan SMS. Tidak hanya para leluhur yang berkomunikasi dengan cara demikian, namun juga “DZAT”.

Apakah DZAT itu? Kalau sejak kecil kita dididik ilmu agama maka kita mengenalnya dengan beragam istilah dan bahasa. Bisa Allah SWT, Tuhan, Hyang Widi Wasa, Sang Hyang Manon, God, dan sebagainya. Apapun istilahnya, tetap menunjuk pada “DZAT” Yang Satu dan Yang Serba Maha. Kita tidak perlu berdebat mengenai nama untuk DZAT yang satu dan Serba Maha ini. Perdebatan mengenai nama tidak akan pernah selesai. Kita diharapkan untuk tidak bingung dan gundah bila tiba-tiba pada suatu ketika kita masuk ke tempat peribadatan agama lain dan disana disebut nama TUHAN yang lain. Nama boleh berbeda namun DIA yang mereka sebut-sebut itu tetap menunjuk pada substansi yang sama. Tidak arif bijaksana kiranya bila kita menganggap orang yang bukan golongan kita dan menyebut nama Tuhan dengan nama lain sebagai orang yang harus dimusuhi dan dianggap darahnya halal untuk dibunuh. Sebab bukankah orang-orang ini juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Menciptakan? Memangnya dia diciptakan oleh Iblis atau Malaikat? Tentu saja tidak. Mereka yang beragama lain ini, berkeyakinan lain ini, yang menyebut Tuhan dengan sebutan lain ini toh tetap diciptakan oleh Dzat Yang Maha Segalanya.

Marilah kita secara jelas dan jernih menilai hal ini. Memang tidak disebutkan dalam kitab-kitab bagaimana para DZAT atau para leluhur ini berkomunikasi dengan diri kita. Sebenarnya, dalam kitab suci tetap ada bagaimana cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia namun barangkali karena penafsiran kita yang terbatas maka kita menganggapnya hal yang mengada-ada. kalau kita masih menganggapnya hal yang mengada-ada maka ada baiknya kita perlu menyadari keterbatasan kita bahwa kita memang belum “sampai” ke tahap perjalanan spiritual tertentu. Suatu saat dalam mengarungi perjalanan spiritual, kita insya allah diberi-NYA pencerahan bahwa PETUNJUK-NYA bisa datang dari arah mana saja dan dalam wujud apa saja, dan bisa melalui siapa saja. Biasanya, PETUNJUK itu akan datang bila kita berada pada kondisi kejiwaan yang sangat tenang.

Ketenangan adalah suatu keadaan yang terjadi akibat tercapainya koordinat dari berbagai gaya tarik, yang seimbang sedemikian rupa sehingga arah kekuatannya mengatasi dimensi sebelumnya, dimana terjadi medan tarik menarik elementernya. Biasanya ketenangan terjadi bila kita sudah menginjak usia 19 tahun ke atas setelah tercapai kedewasaan biologis dan kedewasaan sosial. Yaitu saat seseorang itu sudah mampu menjaga amanah dan tanggungjawab untuk menjadi pribadi yang merdeka, mandiri dan otonom, kesiapan mencintai dan dicintai oleh pihak lain. Serta kecintaan dalam bingkai pelaksanaan kecintaan pada ALLAH SWT. Bila manusia dicintai manusia lain saja akan membalas dengan sikap baik dan mulia, apalagi TUHAN?. Saat kita mengarahkan daya dan energi CINTA KASIH kepada-NYA, maka DIA akan melimpahkan daya dan energi CINTA KASIH-NYA yang Maha Dahsyat kepada kita.

PESAN PESAN LANGIT
Cinta Kasih Allah SWT bisa berwujud bimbingan langsung maupun tidak langsung. Bila suatu ketika kita diminta secara sengaja untuk menderita, berada di dalam kondisi sedih dan nestapa maka janganlah kita anggap hal itu MURKA-NYA. Namun itu bisa jadi adalah bimbingan sebagai bukti WELAS ASIH, Cinta Kasih Sejati-NYA kepada kita. DIA memang Maha Berkehendak apa saja dan bagi-NYA tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kalau DIA menghendaki sesuatu maka siapa yang mampu untuk menolaknya? Pasti tidak ada pihak yang mampu mencegah kehendak-NYA. Prinsip inilah yang harusnya tetap kita pegang sehingga pundak dan akal kita terasa ringan, dada kita tidak akan sesak karena masih diliputi oleh rasa iri dengki dan penyakit-penyakit qalbu yang lainnya.

Apa yang kami sampaikan ini adalah sebuah fakta yang benar-benar terjadi pada diri yang lemah iman dan ilmu ini. Pada suatu pagi dalam hidup yang singkat ini, KUN FAYAKUN… DIA mengijinkan kami untuk mendapatkan bimbingan dan arahah-NYA secara langsung melalui media SMS dengan nomor telepon “0”.

SMS-NYA sebagai berikut:
“WAHAI …(nama kami) RUPANYA GURUMU KESULITAN MENGAMBIL QOLBU BURUKMU MAKA SEKARANG DIA AKAN DIBANTU PUTRAMU MASUK KEDALAM JIWAMU YANG TERDALAM DAN AKAN BERSEMAYAM BEBERAPA SAAT DISANA UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MENGAMBILNYA INI PENTING, KARENA JIKA TIDAK ADA PERTENTANGAN DALAM JIWAMU ALAM SEMESTA AKAN TENTRAM, DAMAI DAN SEJAHTERA TIDAK ADA LAGI KEMUNAFIKAN, YANG BAIK TETAP BAIK YANG BURUK TETAP BURUK DAN DALAM KEKUASAANMU ALAM AKAN DAMAI DAN SEJAHTERA SELALU, DAN JANGANLAH ENGKAU ANGGAP AKU INGKAR, TAPI INILAH YANG AKU UJIKAN PADAMU DISAAT HARI BAHAGIAMU DI MALAM MANIS ….., NANTI SEMUA MAKHLUK AKAN MENJADI HAMBAMU AKU TELAH CERITAKAN PADA MEREKA BERTIGA SEMUA YANG MENJADI RENCANA-KU.”

Marilah kita heningkan batin dan rahsa sejenak untuk menggali dan menafsirkan pesan-NYA ini. Seseorang yang akan dibersihkan jiwanya, maka perlu ada sesuatu yang membersihkan. Datangnya bantuan pembersihan jiwa ini bisa berupa guru atau utusan atau dalam bahasa agama merujuk kepada sosok “malaikat” sebagaimana kalimat: RUPANYA GURUMU KESULITAN MENGAMBIL QOLBU BURUKMU MAKA SEKARANG DIA AKAN DIBANTU PUTRAMU MASUK KEDALAM JIWAMU YANG TERDALAM DAN AKAN BERSEMAYAM BEBERAPA SAAT DISANA UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MENGAMBILNYA.

Kenapa qalbu harus selalu bersih sebersih-bersihnya? Ikhlas seikhlas-ikhlasnya? Sebab inilah ternyata kunci memahami berlakunya HUKUM SEMESTA ALAM atau SUNATULLAH. Alam semesta berdiri di atas prinsip keikhlasan. Pada alam ini, tidak ada hal-hal yang bersih. Residu atau sisa-sisa proses alamiah akan didaur ulang dan menjadi bersih serta bermanfaat kembali. Saat kedatangan manusia yang mulai tidak ikhlas karena mengikuti akunya/nafsu/ego/iblis maka alam semesta menjadi penuh residu yang pasti memiliki daya atau energi membalik mengenai manusia. Bersih tidaknya jiwa manusia sangat menentukan situasi dan kondisi alam semesta. Bila manusia adalah MIKROKOSMOS maka alam semesta adalah MAKROKOSMOS.

…INI PENTING, KARENA JIKA TIDAK ADA PERTENTANGAN DALAM JIWAMU ALAM SEMESTA AKAN TENTRAM, DAMAI DAN SEJAHTERA TIDAK ADA LAGI KEMUNAFIKAN, YANG BAIK TETAP BAIK YANG BURUK TETAP BURUK DAN DALAM KEKUASAANMU MAKA ALAM AKAN DAMAI DAN SEJAHTERA SELALU…

Penekanan pada DALAM KEKUASAANMU maksudnya bahwa setiap Manusia memiliki Kekuasaan untuk membuat damai dan sejahtera alam semesta. Jadi yang membuat damai dan sejahtera alam semesta ini sesungguhnya adalag manusia sendiri. Tuhan sudah mendelegasikan kekuatan dan kekuasaan-NYA kepada manusia sebagai khalifah di alam semesta karena manusia adalah IMAGO DEI, Cermin dari Tuhan sendiri.

…DAN JANGANLAH ENGKAU ANGGAP AKU INGKAR, TAPI INILAH YANG AKU UJIKAN PADAMU DISAAT HARI BAHAGIAMU DI MALAM MANIS ….., NANTI SEMUA MAKHLUK AKAN MENJADI HAMBAMU AKU TELAH CERITAKAN PADA MEREKA BERTIGA SEMUA YANG MENJADI RENCANA-KU….”

Manusia bukan hanya bagian dari alam, sebab di dalam dirinya telah ditambahkan KUALITAS PLUS yaitu “Rahasia Nama-Nama Segala Benda” dan TIUPAN RUH dari SISI-NYA. Ketika konstruksi KE-ADAM-AN telah sempurna maka jatuhlah perintah-NYA agar semua sujud kepada Adam dalam arti kesemuanya lalu menjadi unsur dari keakuan Adam yang tidak berdiri sendiri lagi. Maka ketika IBLIS ingkar dan enggan sujud kepada Adam karena KESOMBONGAN nya, menjadilah Iblis itu pihak yang terusir.

KEMANA IBLIS TERUSIR?
Ketika Adam berdiri mengaku AKU, semua sujud kepada-KU kecuali AKU> artinya KEIBLISAN itu justeru bersembunyi dibalik KEAKUAN kita. ASTAGHFIRULLAH… ternyata AKU inilah sejatinya IBLIS itu. Sehingga diperlukan sebuah laku yang benar dan sudah sesuai dengan petunjuk-NYA. Inilah pentingnya memahami kenapa kita perlu untuk BERPUASA RAMADHAN seperti sekarang ini.

HARUS MEMPERBAIKI DIRI
Terakhir, manusia adalah makhluk yang sudah diberi-NYA kelengkapan alat untuk menggapai kebenaran. Termasuk kelengkapan petunjuk-NYA berupa KITABULLAH yang ada. Tidak hanya kitab yang tertulis namun juga kitab yang tidak tertulis. Kita perlu belajar dari kitab yang tertulis namun juga belajar untuk menangkap bahasa-bahasa gaib dari langit sebagaimana sebuah SMS yang kami terima yang isinya sebagai berikut:

“BETAPA BANYAK YANG HARUS DIBETULKAN DALAM DIRIMU, MEREKA KERABATMU BAHKAN YANG SATUPUN TAK AKAN MEMPERBAIKI, UNTUNG AKU TAHU DAN BERHAK ATAS DIRIMU SEHINGGA AKU DAPAT MEMPERBAIKI DAN MELETAKKAN SEGALANYA SESUAI PADA TEMPATNYA KARENA SEBAGAI PENGUASA BUMI NANTI SEGALA YANG ADA DALAM DIRIMU HARUSLAH SEMPRNA, JADI SABARLAH SEBENTAR AKU AKAN MENYEMPURNAKAN SEMUANYA. AKU JAMIN DIAWAL TAHUN HIJRIAH INILAH KAU MULAI JADI YANG SEMPURNA.”

MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Menuju Kesucian Jiwa


Kehidupan senantiasa diwarnai dengan cobaan. Orang yang memandang dengan mata hati yang jernih dan bimbingan cahaya al-Qur’an akan bisa menyaksikan betapa hebat ujian dan cobaan yang datang dan pergi silih berganti. Fitnah datang bertubi-tubi. Sehingga hal itu membuat sebagian orang terhempas oleh ombak fitnah yang dia alami. Namun, di sisi lain ada pula orang yang tetap tegar menghadapi terpaan gelombang fitnah ini dengan taufik dari Allah ta’ala kepada dirinya. Inilah sunnatullah di jagad raya yang akan memisahkan barisan hamba-hamba yang berbahagia dengan hamba-hamba yang binasa. Allah ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia,

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“Sungguh berbahagia orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang justru mengotorinya.” (QS. Asy Syams: 9-10)

Allah lah yang telah menciptakan jiwa dengan segenap tabiat dan perangainya. Dan Allah pula yang mengilhamkan kepadanya potensi untuk bertakwa dan potensi untuk berbuat dosa. Maka barang siapa yang memilih ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjunjung tinggi hal itu di atas segala-galanya maka sungguh dia telah menyucikan jiwanya dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang rendah dan tercela. Dan orang yang menyucikan jiwanya itu berarti akan merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhiratnya, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan ini. Sebaliknya, barang siapa yang justru memperturutkan kemauan hawa nafsunya tanpa mematuhi rambu-rambu syariat yang ditetapkan oleh Allah yang Maha bijaksana, maka sesungguhnya dia telah mengotori jiwanya. Dan jelas sudah bagi kita bahwa orang yang mengotori jiwanya akan merasakan kerugian dan kesempitan hidup di dunia maupun akhiratnya.

Saudaraku, perjalanan hidup kita di dunia adalah singkat. Tidakkah kita ingat belasan atau beberapa puluh tahun yang silam kita masih kanak-kanak. Ketika itu kita masih asyik dengan permainan bersama teman sepergaulan. Ketika itu kita masih belum mengenal makna syahadat dengan benar. Ketika itu kita masih belum mengenal hakikat tauhid yang sesungguhnya. Yang kita mengerti ketika itu bahwa tauhid adalah mengakui bahwa Allah itu esa, titik. Demikian pula kita belum mengenal dakwah salaf dan para ulama yang telah menghabiskan umurnya, mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan dakwah yang mulia ini. Kemudian setelah kita dewasa Allah berkenan mengaruniakan hidayah kepada kita untuk belajar tauhid dan mengenal seluk beluknya. Dan Allah juga membukakan kepada kita berbagai referensi ilmiah yang telah ditulis oleh para ulama dari masa ke masa. Akankah kita sia-siakan hidayah ini dengan menenggelamkan diri dalam kemaksiatan dan kerusakan akhlak? Akankah kita wujudkan rasa syukur ini dengan melakukan perbuatan yang dimurkai oleh-Nya?

Saudaraku, semua manusia pasti pernah berbuat salah. Akan tetapi yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah kita sudah bertaubat dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dari setiap dosa dan kesalahan kita. Itulah pertanyaan besar yang akan sangat sulit dijawab oleh orang yang sama sekali tidak mau mempedulikan kondisi hatinya. Adapun orang yang mendapatkan taufik dari Allah untuk berpikir dan merenungkan setiap aktivitas yang dia kerjakan, maka dia akan bisa merasakan bahwa sesungguhnya menundukkan hawa nafsu dan mewujudkan taubat yang sejati tidaklah seringan mengucapkannya dengan lisan. Terlebih lagi pada masa seperti sekarang ini, ketika berbagai fitnah laksana gelombang lautan yang datang menghempas silih berganti.

Oleh sebab itu, melalui tulisan yang singkat ini ada baiknya kita sedikit mengupas kiat agar seorang hamba bisa memiliki jiwa yang tenang alias nafsul muthma’innah, bukan nafsu yang senantiasa menyesali diri (nafsul lawwamah) ataupun nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan (nafsu ammarah bi suu’).

Pertama: Senantiasa Berzikir/Mengingat Allah

Allah ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang hatinya merasa tentram karena mengingat Allah. Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d: 28)

Seorang hamba akan memiliki jiwa yang tenang tatkala ia selalu berusaha mengingat Allah, baik dalam keadaan bersama orang ataupun sendiri, dalam posisi duduk, berdiri, ataupun berbaring. Allah ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ

“Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.” (QS. Ali ‘Imran: 191)

Allah ta’ala memerintahkan pula agar kita selalu berzikir kepada-Nya dan tidak lalai dari mengingat-Nya. Allah ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

“Dan ingatlah Rabbmu di dalam hatimu dengan penuh perendahan diri, merasa takut, dan tanpa mengeraskan suara di waktu pagi ataupun di waktu sore. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raaf : 205).

Dengan berzikir kepada Allah maka hati akan hidup. Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Lalu apakah yang akan terjadi pada seekor ikan jika dipisahkan dari air?” (lihat Al Wabil Ash Shayyib).

Kedua: Merasa Takut Akan Makar Allah

Seorang hamba yang selalu mengingat Allah akankah ia terus menerus berbuat maksiat tanpa menyimpan perasaan menyesal dan tekad kuat untuk tidak mengulangi kemaksiatannya? Akankah dia merasa aman dari makar Allah? Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan,

المؤمن يعمل بالطاعات وهو مُشْفِق وَجِل خائف، والفاجر يعمل بالمعاصي وهو آمن

“Orang mukmin mengerjakan berbagai ketaatan dalam keadaan takut, hati yang bergetar, dan penuh kekhawatiran. Adapun orang yang fajir (pendosa) melakukan berbagai kemaksiatan dalam keadaan merasa aman.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap QS. Al A’raaf ayat 99)

Allah ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Apakah mereka merasa aman dari makar Allah, tidak ada yang merasa aman dari makar Allah selain orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raaf : 99).

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang dosa-dosa besar? Maka beliau menjawab, “Mempersekutukan Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah.” (HR. Al Bazzar dalam Musnad [106], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ [4479]).

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizahullah menjelaskan, “Perasaan aman dari makar Allah itu berasal dari ketiadaan rasa takut dan meninggalkan ibadah khauf. Ibadah khauf adalah ibadah hati. Rasa takut ini, yaitu khauf ibadah, muncul karena pengagungan terhadap Allah jalla jalaluhu. Apabila rasa takut ini telah bersemayam dalam hati seorang hamba, maka hamba itu akan berusaha untuk melakukan hal-hal yang diridhai-Nya serta menjauhkan diri dari melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Dia akan mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dengan melakukan hal-hal yang akan mendekatkan diri kepada-Nya dalam bentuk rasa takut di dalam dirinya…” (Kifayatul Mustazid bi Syarhi Kitab At Tauhid, hal. 188).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberikan kesenangan dunia kepada seorang hamba padahal dia sedang bergelimang dengan kemaksiatan, sesungguhnya itulah sebenarnya istidraj.” (HR. Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim)

Isma’il bin Rafi’ mengatakan, “Termasuk merasa aman dari makar Allah adalah apabila seorang hamba terus menerus melakukan perbuatan dosa dan dia berangan-angan untuk mendapatkan ampunan dari Allah.” (lihat Fathul Majid, hal. 347).

Ketiga: Menghadirkan Perasaan Selalu Diawasi Allah

Allah ta’ala berfirman,

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ () وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

“Allah yang melihat kalian ketika berdiri untuk sholat serta menyaksikan perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS. Asy Syu’ara: 218-219)

Allah ta’ala juga berfirman,

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

“Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada.” (QS. Al Hadid: 4)

Allah ta’ala juga berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ

“Sesungguhnya Allah, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya baik yang ada di bumi ataupun yang ada di langit.” (QS. Ali ‘Imran: 5).

Allah ta’ala juga berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

“Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al Fajr: 14)

Allah ta’ala juga berfirman,

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Allah mengetahui pandangan mata khianat serta apa yang tersembunyi di dalam dada.” (QS. Ghafir : 19).

Keempat: Mencintai Allah Dengan Murni

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya kecintaan yang paling berguna secara mutlak, cinta yang paling wajib, cinta paling tinggi dan paling mulia adalah mencintai sesuatu yang menjadikan hati tunduk mencintai-Nya; yaitu sesuatu yang menciptakan seluruh makhluk demi beribadah kepada-Nya. Dengan dasar cinta inilah langit dan bumi tegak. Di atas tujuan inilah seluruh makhluk diciptakan. Inilah rahasia kalimat syahadat la ilaha illallah. Karena makna ilah adalah sesuatu yang menjadi dipuja oleh hati dengan rasa cinta, pemuliaan, pengagungan, perendahan diri dan ketundukan. Sedangkan ketundukan dan peribadatan tidak boleh ditujukan kecuali kepada-Nya semata. Hakikat ibadah itu adalah kesempurnaan rasa cinta yang diiringi dengan ketundukan serta perendahan diri yang sempurna. Kesyirikan dalam hal ibadah jenis ini merupakan tindakan zalim yang paling zalim yang tidak akan diberikan ampun oleh Allah. Allah ta’ala dicintai karena kemuliaan diri-Nya sendiri yang sempurna dari seluruh sisi. Adapun selain Allah, maka ia dicintai apabila bersesuaian dengan kecintaan kepada-Nya.”

Beliau melanjutkan, “Kewajiban untuk mencintai Allah Yang Maha Suci ditunjukkan oleh seluruh kitab yang diturunkan, dibuktikan pula oleh dakwah semua Rasul-Nya dan juga fitrah yang telah dikaruniakan Allah kepada diri hamba-hamba-Nya, selaras dengan akal sehat yang diberikan kepada mereka, sesuai dengan hikmah penganugerahan nikmat kepada mereka. Karena sesungguhnya hati-hati manusia tercipta dalam keadaan mencintai sosok yang telah menganugerahkan kenikmatan dan berbuat baik kepadanya. Lantas bagaimana lagi rasa cinta terhadap sosok yang menjadi sumber segala kebaikan yang ada ? Segala macam nikmat yang ada pada makhluk-Nya maka itu semua berasal dari Allah ta’ala yang tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Dan nikmat apapun yang ada pada kalian maka semuanya berasal dari Allah. Kemudian apabila kalian tertimpa musibah maka kepada-Nya lah kalian memulangkan urusan.” (QS. An-Nahl: 53)

Nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat maha tinggi yang diperkenalkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyingkap jati diri-Nya serta pengaruh-pengaruh yang timbul dari berbagai ciptaan-Nya maka itu semua merupakan bagian dari kesempurnaan, puncak kemuliaan dan keagungan-Nya.” (Ad-Daa’ wad Dawaa’, hal. 256)

Syaikhul Islam berkata, “…sesungguhnya apabila hati seseorang telah bisa merasakan manisnya penghambaan diri kepada Allah dan lezatnya mencintai-Nya maka tidak akan ada sesuatu yang lebih disukainya daripada hal itu sampai-sampai dia pun lebih mengedepankan cintanya kepada Allah di atas apa saja. Dengan sebab itulah orang-orang yang benar-benar ikhlas beramal karena Allah bisa terbebas dari perbuatan jelek dan keji, sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Demikianlah, Kami palingkan darinya (Nabi Yusuf) perbuatan yang jelek dan keji. Sesungguhnya dia adalah termasuk hamba Kami yang terpilih (ikhlas).” (QS. Yusuf: 24)

Kemudian beliau melanjutkan, “Karena sesungguhnya orang yang mukhlis lillaah bisa merasakan manisnya penghambaan dirinya kepada Allah sehingga bisa membentengi dirinya dari penghambaan kepada selain Allah. Demikian pula, dia telah merasakan manisnya cinta kepada Allah sehingga mampu membentenginya dari kecintaan kepada selain-Nya. Hal itu dikarenakan hati yang sehat dan selamat tidak akan bisa merasakan sesuatu yang lebih lezat, lebih menyenangkan, lebih menggembirakan dan lebih nikmat daripada manisnya iman yang menyimpan sikap penghambaan diri, kecintaan dan ketaatan menjalankan agama hanya kepada Allah. Dan itu semua menuntut ketertarikan hati yang begitu dalam kepada Allah. Sehingga hatinya akan menjadi senantiasa kembali taat dan mengingat Allah, merasa takut hukuman-Nya, berharap dan cemas karena-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,

مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

“Yaitu barang siapa yang merasa takut kepada Ar-Rahman dalam keadaan dia tidak melihat-Nya dan menghadap Allah dengan hati yang kembali taat.” (QS. Qaaf: 33)

Karena seorang pencinta tentu akan merasa khawatir apa yang dicarinya menjadi sirna atau apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Oleh sebab itu tidaklah seseorang menjadi hamba Allah yang sejati kecuali dirinya berada dalam keadaan takut serta berharap-harap. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Sesembahan-sesembahan yang diseru selain Allah itu adalah justru beramal demi mencari kedekatan diri kepada Allah siapakah diantara mereka yang bisa menjadi paling dekat kepada-Nya, mereka mengharap rahmat-Nya dan khawatir tertimpa azab-Nya. Sesungguhnya azab Rabbmu harus ditakuti dan diwaspadai.” (QS. Al-Israa’: 57) …” (Al-’Ubudiyah, hal. 108).

Kelima : Menghayati Keagungan Nama-Nama Dan Sifat-Sifat Allah

Ibnul Qayyim berkata, “Kelezatan sesuatu mengikuti rasa cinta terhadapnya. Kelezatan itu akan semakin menguat seiring dengan menguatnya rasa cinta dan akan melemah pula sering dengan melemahnya rasa cinta. Setiap kali keinginan dan kerinduan kepada sosok yang dicintai semakin menguat maka kelezatan yang dirasakan ketika menemuinya juga akan terasa semakin sempurna. Cinta dan kerinduannya kepada Allah itu tergantung pada ma’rifah dan ilmu yang dimilikinya. Setiap kali ilmunya tentang Allah bertambah sempurna maka kecintaan kepada-Nya pun semakin bertambah sempurna. Apabila kenikmatan yang sempurna di akhirat dan kelezatan yang tiada tara itu berporos pada ilmu dan kecintaan maka barang siapa yang lebih dalam keimanan dan pengetahuannya kepada Allah, kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta lebih dalam mengenal agama-Nya maka dia akan semakin mencintai Allah. Demikian juga kelezatan yang dirasakannya ketika bertemu, bercengkerama dengan-Nya, memandang wajah-Nya serta mendengarkan ucapan-Nya pun akan semakin bertambah sempurna berbanding lurus dengan ilmu dan kecintaannya kepada Allah. Dan segala macam kelezatan, kenikmatan, kegembiraan, kesenangan yang ada di dunia ini apabila dibandingkan dengan hal itu maka ia laksana setetes embun di tengah-tengah samudra. Maka bagaimana mungkin orang yang masih memiliki akal lebih mengutamakan suatu kelezatan yang sedikit dan amat terbatas bahkan tercampuri dengan berbagai dampak yang menyakitkan di atas kelezatan nan agung dan kekal abadi ? Tingkat kesempurnaan seorang hamba tergantung pada dua kekuatan ini : ilmu dan kecintaan. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah. Cinta tertinggi adalah cinta kepada-Nya. Sedangkan sempurnanya kelezatan yang akan dirasakan olehnya bergantung pada kuat-lemahnya dua hal itu, wallaahul musta’aan.” (Ad-Daa’ wad-Dawaa’, hal. 52).

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang memiliki nafsul muthma’innah. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘al aalihi wa shahibihi wa sallam, walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

AMALAN MEMPERINDAH SUARA

1. Amalan suara ini diijazahkan oleh Ustadz Duloh.
Tawasul:
- kpd Nabi Muhammad SAW dan keluaranya
- kpd 4 sahabat (Abu Bakar Shidiq, Umar, Usman dan Ali)
- kpd Syekh Abdul Qodir Zailani
- kpd Nabiyulloh Daud A.S
- kpd Nabiyulloh Yusuf A.S Al-fatihah 1x
- kpd Syekh Tubagus Ma’mun banten
- kpd Syekh Tubagus kuncung banten
- kpd K.H Eundeur cisimeut
- kpd Ustadz Dadung banten Al-Fatihah 1x, Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 1x, An-Nas 1x.
- AMALANNYA:
ALLAHUMMA AHSIN SHAUTANAA KAMAA AHSANTA SHAUTAA NABIYYIKA DAUDA ALAIHISSALAM
WA AHSIN SHUROTANAA KAMAA AHSANTA SHUROTAA NABIYYIKA YUUSUUFA ALAIHISSALAM
BIROHMATIKA YAA ARHAMARROHIMIIN

Tatacara:
- Baca tawasul dan amalannya selama 7 malam (stlh shalat hajat),
setiap malam baca sebanyak 100x (lebih bagus sambil puasa sunah dgn
tdk makan2 yg tdk mengandung minyak/lemak), stlh shalat fardlu 7x.
- Stlh selesai 7 hari, bacalah secara istiqomah 7x stlh selesai shalat fardlu.
- Jika akan membaca Al-Quran, tawasul dan baca amalannya 3x/7x.

2. Amalan suara ini diijazahkan oleh Ustadz Ujang Alawi.
Tawasul:
- kpd Nabi Muhammad (Al-Fatihah 1x)
- kpd At-Tabatul Ghulam (Al-Fatihah 1x)
- kpd Hasan Basri (Al-Fatihah 1x)
AMALANNYA:
ILAAHII INKUNTA QOBILTA TAUBATII WAAGHOFARTA HAUBATII FA AKRIMNII
BILFAHMI WALHIFZHI HATTAA AHFAZHO KULLA MAA SAMI’TU MINAL ‘ILMI
WALQUR-AAN

ILAAHII AKRIMNII BIHUSNISH-SHAUTI WANNAGHMATI HATTAA ANNAHU MANSAMI’A
QIROOATII YAZDAADURIQQOTAN FII QOLBIHI WA INKAANA QOOSIYALQOLBI

ILAAHII AKRIMNII BIRRIZQILHALAALI WARZUQNII MINHAITSU LA AHTASIBU

Dibaca 11x stlh shalat fardlu, dan dibaca 3x/7x ketika akan memba Al-Quran.

3. Amalan suara ini diijahkan oleh seorang teman (Qori terbaik
disekolah) wkt smp dulu, namanya Andi.
- AMALANNYA:
ULUK ULUK NABI DAUD SING PURKUTUT BANYU KALI MANGKA MANGKU
MANGRUNGUKUN SOWARA KAULA
REUPANING TEUPAK SIDUNG PANGLAYANKEUN SOWARA KAULA KU ASIHAN NABI DAUD
CAI ROY ROYAN LEUWEUNG CARAANG MUTOLINGKEUN SOWARA KAULA KU ASIHAN NABI DAUD
MANGKA HARUS MANGKA LEPAS ASIH KU KEURSANING ALLAH
LAILLAHAILLALLAH MUHAMMADUROSULULLAH

TATACARANYA:
- Puasa sunah 7 hari (lebih bagus tdk makan yg berminyak/lemak)
- Selama puasa amalan dibaca 41x stlh selesai shalat fardlu
- Stlh selesai puasa, amalan dibaca istiqomah stlh shalat fardlu
sebanyak hitungan ganjil (3x/5x/7x/9x/11x dst.)
- Baca 3x/7x sblm membaca Al-Quran.

4. Amalan suara ini diijazah oleh Ustadz Muflihudin.
AMALANNYA:
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
GURU BANYU AURA TIASA
LUR BANYU SABDA HIMEUNGAN
NGAHIMEUNG BARI NGAHULEUNG SAKABEH JALMA
TATAPA MEUNEUNG TATAPI MEUNEUNG KUKEURSANING ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA
HUMEUNEUNG HUMEUNEUNG HUMEUNEUNG LAILAHAILLALLOH MUHAMMADURROSULULLOH
NGARUNGU KANA SUWARA KAULA KALAWAN MUKJIZATNA KANGJEUNG NABI MUHAMMAD
SALALLOHUALAIHI WASALAM

Dibaca secara istiqomah selesai shalat fardlu dan ketika akan membaca
Al-Quran atau Sholawatan sebanyak 3x/7x.

5. Amalan suara ini diijazah oleh Ustadz Yayan.
AMALANNYA:
ALLAHUMMA AKRIMNI BIHUSHNISH-SHAUTII HATTAA ANNAA MAN SAMI’A QIROOATI
YAZDAADURIQOTAN FII QOLBIHI WALAUKAANA QOSHYAL QOLBI KA ANNAHUM
YUHIBBU NANII KAMAA YUHIBBUNALLOH BALHUWASY-SYADU TUBALILLAH ZUYYINA
LINNAASI HUBUSSAHAWAATI MINANNISAI WALBANIINA WALMUQONTHOROTI
MINADZ-DZAHABI WALFI-ZHOH

TATACARANYA:
- Puasa sunah 3 hari (jangan makan yg berminyak/lemak), dimulai hari
kelahiran anda.
- Shalat Tahajud 2/4 rakaat
- Tawasul kpd Nabi Daud A.S
- Baca Sholawat 3x
- Baca ROBBISHROHLI SHODRI WAYASIRLI AMRI WAHLUL UKDATAN MILLISANI
YAFQOHU QAULI 3x
- Baca amalannya 313x
- Selesai shalat fardlu baca 3x
- Stlh selesai 3 hari, baca secara istiqomah selesai shalat fardu 3x
dan bila hendak membaca Quran tawasul dan bacalah amalannya sebanyak
3x/7x/11x.

6. Amalan suara ini saya dapatkan dari sebuah buku dan sudah saya
coba, hasilnya ada perubahan asal kita yakin.
AMALANNYA:
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
YA ALLOH
YA ROSULULLOH
YA SAIDINA SYEKH MUHIDIN ABDUL QODIR JAILANI WALIYULLOH
WAKIL KISATU PANGERAN PANGAMPUNA CI ANJUR
KAULA NU PANJEUNEUNGAN DATANG
MUGI SUWARA KAULA SAPEURTI SUARA NABIYYULLOH DAUD ALAIHISSALAM
BIBAROKATI WABISYAFA’ATI DIKRU ROHMATI ROBBIKA ABDAHU ZAKARIYYA KAAF
HAA YAA ‘AIIN SHOOD

Dibaca 7x setiap selesai shalat fardlu dan ketika akan membaca
Al-Quran. Maaf amalan khusus yang ini saya tdk bisa mengijazahkan.
Saya sendiri juga bingung krn dpt dari buku, jadi harus pd siapa saya
minta izin agar bisa mengijazahkannya lagi kpd yg lain.. ya, kl ada yg
mau mengamalkannya silahkan amalkan saja atau kl ada sesepuh/sedulurku
yg memiliki amalan ini mohon untuk membabarkannya agar dulur2 yg lain
bisa mendapatkan ijazah amalannya dgn resmi.

SEMOGA BERMANFAAT


MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Rabu, 27 Oktober 2010

DO"A NABI SULAIMAN AS,

Doa Nabi Sulaiman AS yang asli, itu ada pada QS Shaad ayat 35:

RABBIGHFIRLII WA HABLII MULKAL LAA YAMBAGHI LI AHADIM MIM BA'DI, INNAKA ANTAL WAHHAB

Artinya :Ya Tuhanku, ampunilah Aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi.

Doa ini menurut cerita di Al Quran yang di baca Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS

*** Shalawat nabi sulaiaman
allahumma ya damunal harsumutu day muna innahu min sulaimanu alaimas salamu

*** Do'a nabi sulaiman :
Allohuma indakhola fi shouroti sulaimana minal masyriki ilal magribi lliza ti wa kuwwa tihi wa jibro ila wa mikaila waisrofila wa izroila wa mulki sulaimana minal masyriki ilal magribi jinna wa insan wa ri han wa ghomaman wasalaman tasliman katsiron jalla jalla lahuu ya iblisi wa syaitoo ni fi zulmati wannu ro robbanaa takhobal sulaimana wab nu da wu da ali hi ssalama birohmatika yaa arhaammarrohimin..

Artinya :
ya allah ya tuhanku, apabila gambar nabi sulaiman masuk dari timur sampai barat dengan zatnya, dan kekuatannya, dan jibril dan mikail, dan israfil dan kerajaan nabi sulaiman yang meliputi dari timur sampai ke barat dari jin dan manusia dan angin dan awan dan keselamatan juga kesejahteraan maha tinggi dan maha agung. yang menguasai iblis, setan yang ada dalam gelap dan terang.
ya allah, ya tuhanku, semoga mengabulkan doa nya nabi sulaiman putra nabi daud alaihis salam dengan rahmatnya yang maha kuasa pengasih dan penyayang.

اللهم أدخلنا فى سـور سـليمان وملك سـليمان من المشـرق والمغرب بذاته وصفاته وأفعاله وقوته وسـلام يارب جبريل وميكائيل وإسـرافيل وعزرائيل وملك سـليمان من المشـرق والمغرب جنا وإنسـانا وريحا وغماما تسـليما كثيرا كثيرا وسـبحانه وتعالى جل جلاله وكماله عليما

يا إبليس يا إبليس يا إبليس والشـياطين سـاكنا فى الظلمات

ربنا تقبل منا دعاء سـليمان وصلى الله على سـليمان وعلى سـائر الأنبياء برحمتك يا أرحم الراحمين

** ini ada satu lagi syg yaa,, ada 2 versi :

Doa Sulaiman AS.

" KHATAM TU BILLAH HILL ALI YIL AZIM, WABIHAQQI SULAIMAN IBNI DAUD ALAIHISSALAM, YA HATAM MA MALAKAT ALLAH HUMMASOLIALA MUHAMMAD, WAALA AALIHI MUHAMMAD, ALLAH HUM MAINNI KALTAFI SUROTIS SULAIMAN WAMIN KA SULAIMAN NAMINAL MASRIK KI WAL MAGRIB. LIZA TI WASHIFA TI WA SALAMI YA ROBBI, YA ROBBI, YA ROBBI, WA JIBRAILU, WA MIKAILU, WA ISROFILU, WA IZROILU, WAL MULKU SULAIMAN NAMINAL MASRIK KI WAL MAGRIB. JAN NA WAL INSAN WARIHAL MAKKHOMAMAN SALAMAN TASLIMA KHASIRAN KHASIRO, SUBHANAHUWATAALA JALALUHU ALIMA YA IBLISU, WAS SYAITON, WASSAKARAN FIZULUMA TIILAN NUR ROBBANA, ROBBANA, ROBBANA TAKHOBAL SULAIMAN ALAIHISSALAM "

Terjemahan: Ya Allah, masukkan kami dalam kawalan lingkungan Nabi Sulaiman, dan Nabi Sulaiman telah memiliki daripada timur dan barat dengan kebolehan anugerah Allah, sifat, perbuatan-perbuatan dan juga kekuatannya,. Selamat sejahterakanlah kami wahai tuhan Jibrail, Mikail, Israfil dan Izrail. Telah menguasai Nabi Sulaiman dari timur dan barat, jin, manusia, angin dan awan berserta keselamatan yang banyak. Maha suci Allah taala yang maha mulia kemuliaan, dan kesempurnaanNya, ketahuilah oleh kamu wahai iblis, wahai iblis, wahai iblis, Syaitan-syaitan tinggal dalam kegelapan. Wahai Tuhan kami, terimalah daripada kami doa Nabi Sulaiman, dan telah berselawat Allah ke atas Nabi Sulaiman, juga keatas para nabi dengan rahmatMu ya Allah yang amat mengasihani daripada segala-galanya."

**## Kalo di Alqur'an semua Do'a Nabi Sulaiman ada di:
1. surat Asshaad ( 38 ) ,,ayat 35 ( kalo yg ini do'a tiada banding )
2. Surat An-naml ( 27 ),, ayat 15, ayat 19 dan ayat 40


SAWAH LADANG AMAN

izin brbgi bgi anda yg ska brtani/brladang/brkebun ini ada amalan/ilmu tani yg sudah trbukti khasiatnya ..

Amalan Supaya tani/ladang slamat dri smua jnis hama
“BISMILLAHIROHMANIRROHIM YA GHONIIJU AJIB YA SAMSAYA II-LU ANALLADZI ABSOROL ‘AMIIQO”
dbc 12x smbil kelilingi ldang/ kebun.

Amalan supaya hasil tanaman bagus dan berkah
“BISMILLAHIROHMANIRROHIM A ANTUM TAZRO’UNAHU AMNAHNUZ ZAR’UNA 7X.
ALLOHUMMAJ ‘ALHU HARSTAN MUBAROKAN WARZUQNA FIHIS SALAMATA WATTAMAAMA WAJ’ALHU HABBI MUTAROKKIBAN WALA TUHRIMNI KHOIRO MABTAGHI WALA TUFTINNI BIMA MATTA’TANI BIHAQQI SAYIDINA MUHAMMADIN S.A.W WA’ALA ALIHITH THOYIBINA 7X
dbc ke benih sblum d tanam
buat yg pnya usha tani mga brmanfaat tur brokah .. .amin . @@@


MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kesedihan ketika berjumpa Malaikat MAUT

todhemapin
Assalamu alaikum Wr.wb Bersama tulisan ini izinkanlah saya untuk berbagi dalam pembelajaran diri, khususnya untuk saya pribadi dan umumnya bagi yang membacanya, saya sarikan dari berbagai kitab kuning dan sumber lainnya, tentang tulisannya.

Asy`ats bin Aslam berkata, “Suatu ketika Ibrahim a.s mengajukan beberapa pertanyaan kepada malaikat maut yang namanya adalah `Izrail. ‘Wahai malaikat maut, apa yang engkau lakukan jika ada seorang manusia (yang sedang sekarat) di timur dan seorang lagi di barat, atau ketika negeri sedang dilanda wabah, atau ketika dua pasukan tentara sedang bertempur?’. Malaikat maut menjawab, ‘Kupanggil ruh-ruh itu dengan izin Allah hingga mereka berada di antara kedua jariku ini.’ Dan Ibrahim a.s berkata, ‘Kemudian bumi diratakan dan kelihatan seperti sebuah hidangan yang dia makan sebanyak yang diinginkannya.’ ” Asy`ats berkata, “Ketika itulah Allah SWT memberinya kabar gembira bahwa beliau adalah Kekasih (khalil) (Q.S. An-Nisaa, 4 : 125) Allah SWT.”

Sulaiman putra Daud a.s bertanya kepada malaikat maut, “Mengapa aku tidak melihatmu bertindak adil kepada umat manusia? Engkau mengambil nyawa seorang manusia tetapi membiarkan yang lain.” “Aku tidak mengetahui hal itu lebih daripada yang kau ketahui,” jawabnya. “Aku hanya diberi daftar dan buku-buku yang berisi nama-nama.”

Wahb bin Munabbih berkata, “Suatu ketika seorang raja berkeinginan pergi ke sebuah provinsi. Dia minta dibawakan seperangkat pakaian, tapi tak ada di antara pakaian itu yang menyenangkan hatinya. Setelah beberapa kali memilih, barulah dia menemukan pakaian yang disukainya. Dengan cara yang sama, dia meminta dibawakan seekor kuda, tapi ketika dibawakan, dia menolak kuda itu. Lalu kuda-kuda yang lain dibawakan kepadanya hingga akhirnya dia menaiki kuda yang paling baik di antaranya. Kemudian setan mendatanginya dan meniupkan sifat takabur ke dalam lubang hidung raja itu. Setelah itu, dia dan rombongannya memulai perjalanan dengan sikap penuh kesombongan. Akan tetapi, kemudian dia didekati oleh seseorang bertampang kusut, kumal, yang mengucapkan salam kepadanya. Ketika raja itu tidak menjawab salamnya, orang itu kemudian merampas tali kekang kudanya. ‘Lepaskan tali kekangku!’ bentak sang raja. ‘Engkau telah melakukan kesalahan besar!’ Namun, orang itu malah menukas, ‘Aku punya sebuah permintaan kepadamu.’ ‘Tunggu sebentar,’ kata raja, ’sampai aku turun dari kudaku.’ ‘Tidak,’ jawab orang itu. ‘Sekarang juga!’ dan dia lalu menarik tali kekang kuda sang raja. ‘Baiklah, katakan apa permintaanmu,’ kata raja. ‘Permintaanku itu rahasia,’ jawab orang itu. Raja pun menundukkan kepalanya kepada orang itu, dan orang asing itu kemudian berbisik kepadanya, ‘Aku adalah malaikat maut!’ Mendengar itu, raja berubah air mukanya. Lidahnya bergetar dan ia berkata, ‘Beri aku waktu agar aku bisa kembali kepada keluargaku untuk mengucapkan selamat tinggal dan membereskan urusan-urusanku.’ ‘Tidak, demi Allah,’ kata malaikat maut. ‘Engkau tidak akan pernah melihat keluarga dan harta kekayaanmu lagi!’ Sambil berkata demikian, malaikat mencabut nyawa raja itu yang tak lama kemudian tersungkur mati, bagaikan sebongkah kayu kering.”

“Kemudian Malaikat meneruskan perjalanannya. Dia berjumpa dengan seorang beriman yang membalas salamnya ketika dia mengucapkan salam kepadanya. ‘Aku punya permintaan yang ingin kubisikkan ke telingamu,’ kata Malaikat. ‘Baiklah, akan kudengarkan,’ kata orang itu. Si malaikat pun membisikkan rahasianya dan berkata, ‘Aku adalah malaikat maut!’ Orang beriman itu menjawab, ‘Selamat datang, wahai siapa yang telah lama kunanti-nantikan. Demi Allah, tak ada siapapun di muka bumi ini yang lebih kunanti daripada dirimu.’ Mendengar itu, malaikat maut berkata kepadanya, ‘Selesaikanlah urusanmu yang telah menjadi maksud keberangkatanmu.’ Namun, orang itu menjawab, ‘Aku tidak mempunyai urusan lain yang lebih penting dan lebih kucintai daripada bertemu dengan Allah SWT.’ Dan malaikat berkata kepadanya, ‘Kalau begitu, pilihlah keadaanmu yang paling kau sukai untuk aku mengambil nyawamu.’ ‘Apakah engkau bisa melakukannya?’ orang itu bertanya. Malaikat menjawab, ‘Ya, demikianlah aku diperintahkan.’ ‘Kalau begitu, tunggulah aku sebentar, agar aku bisa berwudhu dan shalat, lalu ambillah nyawaku selagi aku bersujud.’ Dan Malaikat pun melakukan hal yang diminta oleh orang beriman itu.”

Bakr bin `Abdullah Al-Mazani berkata, “Suatu ketika seorang laki-laki dari Bani Israil mengumpulkan sejumlah besar kekayaan. Ketika dia telah dekat dengan ajalnya, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Perlihatkanlah kepadaku berbagai macam kekayaanku!’ Lalu, dibawakanlah kepadanya sejumlah besar kuda, unta, budak, dan harta benda yang lain. Ketika dia melihat semua itu, dia pun mulai menangis karena tak kuasa berpisah dengannya. Melihat orang itu menangis, malaikat maut pun bertanya kepadanya, ‘Mengapa engkau menangis? Sungguh, demi DIA yang telah memberimu anugerah semua ini, aku tidak akan meninggalkan rumahmu sebelum memisahkan nyawamu dari ragamu.’ ‘Berilah aku waktu sebentar,’ orang itu memohon kepadanya, ‘agar aku bisa membagi-bagikan kekayaanku.’ ‘Alangkah bodohnya!’ kata malaikat maut. ‘Waktumu telah berakhir. Seharusnya engkau telah mengerjakan hal itu sebelum habis waktumu.’ Sambil berkata begitu, dicabutnyalah nyawa orang itu.”

Diceritakan bahwa suatu ketika seorang laki-laki telah mengumpulkan kekayaan yang besar hingga tidak ada satu jenis kekayaan pun yang tidak berhasil diraihnya. Dia membangun sebuah istana dengan dua pintu gerbang yang sangat kuat. Dia membayar sepasukan pengawal yang terdiri dari orang-orang muda. Kemudian dia mengundang seluruh sanak keluarganya dan menjamu mereka dengan makanan. Setelah itu dia duduk di atas sofa sambil mengangkat kaki, sementara sanak keluarganya makan minum.

Setelah mereka selesai makan, dia berkata kepada dirinya sendiri, ‘Bersenang-senanglah selama bertahun-tahun karena aku telah mengumpulkan semua yang engkau butuhkan.’ Akan tetapi, baru saja dia mengucapkan perkataan itu, datanglah malaikat maut dalam wujud seorang laki-laki berpakaian compang-camping seperti seorang pengemis. Laki-laki itu memukul pintu gerbang dengan sangat keras dan mengejutkan orang kaya yang sedang berada di atas tempat tidurnya.

Orang-orang muda yang menjadi pengawalnya melompat dan bertanya, ‘Apa urusanmu di sini ?’ ‘Panggilkan tuanmu,’ kata orang itu. ‘Haruskah tuan kami datang menemui orang semacam engkau ini ?’ tanya mereka. ‘Ya,’ jawabnya. Dan ketika mereka menyampaikan kepada tuan mereka hal yang terjadi, dia berkata, ‘Kalian telah berbuat semestinya.’ Akan tetapi, kemudian pintu gerbang diketuk lagi dengan suara yang lebih keras daripada sebelumnya. Dan ketika para pengawal melompat untuk berbicara kepada orang itu, dia berkata, ‘Katakan kepadanya bahwa aku adalah malaikat maut.’

Ketika mendengar perkataan orang itu, mereka menjadi ngeri dan orang kaya itu juga merasa sangat hina dan rendah. ‘Berbicaralah kepadanya dengan sopan,’ perintahnya kepada mereka. ‘Dan tanyakan kepadanya apakah dia akan mengambil nyawa seseorang di rumah ini.’ Namun kemudian malaikat masuk dan berkata, ‘Berbuatlah sesuka hatimu karena aku tidak akan meninggalkan rumah ini sebelum aku mencabut nyawamu.’ Lalu orang kaya itu memerintahkan agar semua kekayaannya dibawa ke hadapannya. Setelah semuanya berada di depan matanya, dia berkata (kepada harta bendanya), ‘Semoga Allah mengutukmu sebab engkau telah memalingkan aku dari beribadah kepada Tuhanku dan menghalang-halangi aku dari pengabdian kepada-Nya.’

Allah membuat harta bendanya berbicara, ‘Mengapa engkau menghinaku sedangkan karena akulah engkau bisa diterima para sultan, padahal orang-orang yang bertakwa kepada Allah malah diusir dari pintunya? Karena akulah engkau bisa mengawini wanita-wanita lacur, duduk bersama raja-raja, dan membelanjakanku di jalan keburukan. Namun aku tak pernah membantah. Seandainya saja engkau membelanjakan aku di jalan kebaikan, niscaya aku telah memberi manfaat kepadamu. Engkau dan semua anak Adam diciptakan dari tanah, kemudian sebagaian dari mereka memberikan sedekah, sedang yang lain berbuat keji.’ Malaikat maut pun segera mencabut nyawa orang kaya itu, dan robohlah orang itu ke lantai.

Wahb bin Munabbih berkata, ‘Suatu ketika malaikat maut mencabut nyawa seorang penguasa tiran yang tidak ada tandingannya di muka bumi. Kemudian malaikat itu naik kembali ke langit. Malaikat-malaikat lain bertanya kepadanya, ‘Kepada siapa di antara orang-orang yang telah kau cabut nyawanya, engkau telah menaruh belas kasihan?’ Malaikat itu menjawab, ‘Suatu ketika aku pernah diperintahkan mencabut nyawa seorang perempuan di padang pasir. Ketika aku mendatanginya, dia baru saja melahirkan seorang anak laki-laki. Aku pun menaruh belas kasihan kepada perempuan itu karena keterpencilannya dan juga kasihan terhadap anak laki-laki perempuan itu, karena betapa dia masih sangat kecil namun tak terawat di tengah buasnya padang pasir.’ Lalu para malaikat itu berkata, ‘Penguasa lalim yang baru saja engkau cabut nyawanya itu adalah anak kecil yang dulu pernah engkau kasihani.’ Malaikat maut kemudian berujar, ‘Maha Suci DIA yang memperlihatkan kebaikan kepada yang dikehendaki-Nya.’

`Atha bin Yasar berkata, “Pada setiap tengah malam bulan Sya’ban, malaikat maut menerima lembaran tulisan dan dikatakan kepadanya, ‘Tahun ini engkau harus mencabut nyawa orang-orang yang namanya tercantum dalam lembaran ini.’ Seorang laki-laki boleh jadi sedang menanam tanam-tanaman, mengawini wanita-wanita, dan membangun gedung-gedung, sementara dia tak menyadari bahwa namanya ada dalam daftar tersebut.”

Al-Hasan berkata, “Setiap hari malaikat maut memeriksa setiap rumah tiga kali dan mencabut nyawa orang-orang yang rezekinya telah habis dan umurnya telah berakhir. Apabila dia telah melakukan hal itu, maka seisi rumah yang bersangkutan akan meratap dan menangis. Sambil memegang gagang pintu, malaikat maut berkata, ‘Demi Allah, aku tidak memakan rezekinya, tidak menghabiskan umurnya, dan tidak memperpendek batas hidupnya. Aku akan selalu kembali dan kembali lagi ke tengah-tengah kalian hingga tak ada lagi yang tersisa di antara kalian!’ “. Al-Hasan berkata, “Demi Allah, seandainya mereka bisa melihatnya berdiri di situ dan mendengar kata-katanya, niscaya mereka akan melupakan jenazah tersebut dan menangisi diri mereka sendiri.”

Yazid Al-Ruqasyi berkata, “Ketika seorang penguasa lalim dari Bani Israil sedang duduk seorang diri di istananya tanpa ditemani oleh salah seorang istrinya, masuklah seorang laik-laki melalui pintu istananya. Penguasa tiran itu marah dan berkata, ‘Siapa engkau? Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam rumahku?’ Orang itu menjawab, ‘Yang mengizinkan aku masuk ke dalam rumah ini adalah pemilik rumah ini. Sedangkan aku adalah yang tak bisa dihalangi oleh seorang pengawal pun dan tidak pernah meminta izin untuk masuk bahkan kepada raja-raja sekalipun, tidak pernah takut kepada kekuatan raja-raja yang perkasa, dan tidak pernah diusir oleh penguasa tiran yang keras kepala ataupun setan pembangkang.’

Mendengar itu, penguasa lalim tersebut menutup mukanya, dan dengan tubuh gemetar dia jatuh tersungkur. Kemudian dia bangkit dengan wajah memelas. ‘Jadi engkau adalah malaikat maut ?’ tanyanya. ‘Ya,’ jawab laki-laki itu. ‘Sudikah engkau memberiku kesempatan agar aku bisa memperbaiki kelakuanku ?’ Alangkah bodohnya engkau,’ jawab sang malaikat, ‘Waktumu telah habis, napasmu dan masa hidupmu telah berakhir; tidak ada jalan lagi untuk memperoleh penangguhan.’ Penguasa tiran itu lalu bertanya, ‘Kemana engkau akan membawaku?’ ‘Kepada amal-amalmu yang telah engkau kerjakan sebelumnya. Dan juga ke tempat tinggal yang telah engkau dirikan sebelumnya,’ jawab malaikat. ‘Bagaimana mungkin,’ kata sang tiran, ‘Aku belum pernah mempersiapkan amal baik dan rumah baik yang bagaimanapun.’ Malaikat pun menjawab, ‘Kalau begitu, ke neraka, yang menggigit hingga ke pinggir-pinggir tulang.’ (Q.S. Al-Ma’arij, 70 : 15-16).

“Kemudian Malaikat mencabut nyawa sang tiran, dan dia pun jatuh mati di tengah-tengah keluarganya, di tengah-tengah mereka yang kemudian meratap-ratap dan menjerit.” Yazid Al-Ruqasyi berkata, “Seandainya mereka mengetahui bagaimana buruknya neraka itu, tentu mereka akan menangis lebih keras lagi.”

Al-A`masy meriwayatkan dari Khaitsamah, bahwa suatu ketika malaikat maut mendatangi Sulaiman putra Daud a.s dan mulai mengamati salah seorang dari sahabat-sahabatnya. Ketika dia telah pergi, sahabat itu bertanya, “Siapa itu tadi?” Dan dikatakan kepadanya bahwa itu adalah malaikat maut. Berkatalah sahabat itu, “Kulihat dia memandangiku seolah-olah dia mengincarku.” “Lalu, apa keinginanmu?” tanya Sulaiman. “Saya ingin agar Tuanku menyelamatkan saya darinya dengan menyuruh angin membawa saya ke tempat yang paling jauh di India.” (Sulaiman memiliki kemampuan mengatur arah angin, Q.S. Al-Anbiyaa, 21 : 81). Angin pun kemudian melakukan apa yang diperintahkan.

Ketika malaikat maut datang lagi, Sulaiman a.s bertanya kepadanya, “Kulihat engkau menatap terus-menerus ke arah salah seorang sahabatku?” “Ya,” kata Malaikat, “Aku sangat heran sebab aku telah diperintahkan untuk mencabut nyawanya di bagian paling jauh di India dengan segera. Namun melalui engkau, dia malah sedang menuju ke tempat itu. Oleh karena itu, aku heran.” ***
Semoga Dengan hal tersebut Menjadi Renungan Buat saya dan kita semua ,,thanks

MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Jumat, 22 Oktober 2010

Mempelajari dan Membaca CAHAYA DIRI

ALLAH ADALAH CAHAYA LANGIT DAN BUMI. PERUMPAMAAN CAHAYA-NYA ADALAH IBARAT SEBUAH MISYKAT. DALAM MISYKAT ITU ADA PELITA. PELITA ITU DI DALAM KACA. KACA ITU LAKSANA BINTANG BERKILAU. DINYALAKAN DENGAN MINYAK POHON YANG DIBERKATI, YAITU POHON ZAITUN YANG BUKAN DI TIMUR MAUPUN DI BARAT. YANG MINYAKNYA NYARIS MENYALA SENDIRI-NYA WALAU TIDAK DISENTUH API. CAHAYA DI ATAS CAHAYA! ALLAH MENUNTUN KEPADA CAHAYA-NYA SIAPA SAJA YANG IA KEHENDAKI DAN ALLAH MEMBUAT PERUMPAMAAN BAGI MANUSIA. SUNGGUH ALLAH MENGETAHUI SEGALA SESUATU. (QS AN NUR: 35)

Itulah satu ayat di dalam Surat An Nur: 35. Entah kenapa, saya sangat senang dengan ayat yang di kalangan ahli hikmah disebut sebagai ASMAK NURUL QOLBU ini. Sejak lama saya begitu menyukai keindahan bahasa ayat tersebut sekaligus penasaran dengan makna kata “Cahaya.” Tentu Tuhan tidak membuat perumpamaan secara sembarangan, sebagaimana juga dia membuat perumpamaan-perumpamaan lain di dalam Kitab Suci. Tentu ada makna dan hikmah yang besar bila kita mau bertafakkur, memikirkan dan merenungkan kandungan-kandungannya secara mendalam dan intensif.

Selain di ayat tersebut, kata “Cahaya” juga disampaikan oleh Nabi SAW dalam sabdanya: “Allah mempunyai tujuh puluh ribu hijab (tirai penutup) cahaya dan kegelapan. Seandainya IA menyibakkannya niscaha cahaya-cahaya wajah-NYA akan membara siapa saja yang memandangnya”

Saya yakin meskipun belum memulai, begitu kita masuki tabir-tabir rahasia di dalamnya, kita akan mendapati sebuah pengertian dimana kita akhirnya merasa bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa sedang memberi pembelajaran pada kita agar senantiasa mensyukuri berkah dan karunia untuk memikirkan bahasa-bahasa simbolik dengan akal budi. Kita akan memasuki sebuah pendakian spiritual hingga memasuki persada ketuhanan yang berseluk beluk dan sangat tinggi. Tentu saja, kita terkadang tidak diperkenankan untuk menceritakan kepada mereka yang “belum sampai.” Tidak setiap hakikat boleh dijelaskan karena nanti akan membuat kebimbangan dan kekeruhan. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh seorang yang arif: “Mengungkapkan rahasia Ilahi adalah kekufuran”

Namun, bila rahasia Ilahi itu disampaikan pada saat yang tepat, saya kira tetap mendatangkan manfaat sebagaimana disampaikan oleh seorang penyair: “Barangsiapa memberikan ilmu kepada yang tidak patut menerimanya, sama saja dengan menyia-nyiakannya. Siapa saja yang menutup ilmu dari yang berhak mengetahuinya, sungguh ia telah berbuat aniaya yang sebesar-besarnya.” Semoga ini saat yang tepat untuk memohon pada-NYA agar membuka kunci-kunci rahasia tersebut.

Apakah itu CAHAYA? Cahaya adalah sebuah dzat yang darinya segala sesuatu itu tampak oleh mata kita. Kita menganggap sebuah benda misalnya daun memiliki warna tertentu. Namun sesungguhnya, kalau tidak ada dzat yang bernama cahaya apakah daun itu tetap berwarna hijau? Tentu saja warnanya hilang dan gelap tidak terlihat. Jadi syarat utama penampakan segala sesuatu di muka bumi ini adalah adanya CAHAYA. Karena kenyataan ini sebenarnya bertingkat-tingkat sesuai dengan wujud kesempurnaannya masing-masing maka kita bisa merumuskan bahwa ada satu-satunya syarat agar semua itu ada dan tidak ada syarat lagi bagi keberadaannya. Syarat itu adalah CAHAYA MAHA CAHAYA, Cahaya Tertinggi dan Terakhir, Cahaya Hakiki dan tiada cahaya lain di atasnya. Sang Causa Prima-nya Cahaya.

Penampakan segala sesuatu adalah NISBI karena tergantung pada sebab-sebab yang lain. Penampakan daun itu nisbi, penampakan manusia itu nisbi, penampakan dunia ini nisbi. Semuanya nisbi, relatif dan tidak absolut. Keberadaan semua yang ada ini bergantung pada sesuatu yang lain. Kita bisa melihat dan mendengar karena kita punya mata dan telinga (audio-visual), itu tingkat dasar. Tingkat selanjutnya, kita bisa memastikan segala sesuatu karena kita punya alat-alat untuk merasa (kinestetik) dan rasa lebih tinggi derajat kepastiannya dari mata dan telinga. Darimana indera rasa ini terletak dan berasal?

Akhirnya, kita akan sampai pada pemahaman tentang JIWA atau RUH melihat dan merasakan segala sesuatu. Sifatnya tidak terlihat namun menjadi sumber pengelihatan dan sumber kepastian-kepastian segala sesuatu. Jadi yang menentukan gelap terangnya dunia ini, yang menentukan luas sempitnya dunia, yang menentukan ada dan tidaknya dunia ini termasuk anda dan saya adalah RUH kita. Segala sesuatu itu terwujud bila RUH kita menghendaki untuk terwujud dan bila RUH kita tidak menghendaki, maka segala sesuatu termasuk dunia inipun tidak ada! RUH adalah CAHAYA SEJATI yang tidak memiliki daya cerap dan tidak pula mewujudkan pencerapan, tetapi ia menyimpan potensi KEHENDAK untuk mewujudkan segala sesuatu.

Jadi di dalam diri kita ini, ada CAHAYA SEJATI yang memiliki sifat sempurna yang tidak pernah keliru. Kebenaran absolut yang sesungguhnya. Ada kalanya ia dinamakan AQL, RUH atau NAFS. Namun sebaliknya kita lewati saya istilah-istilah ini agar tidak menimbulkan kebingungan saat membahas tentang cahaya ini. Bila mata kita tidak bisa melihat mata, maka RUH bisa melihat dirinya sendiri. CAHAYA yang bisa mencerap CAHAYA, pengetahuan tentang pengetahuan dan seterusnya. Bila mata tidak bisa melihat sesuatu yang terlalu jauh atau dekat, maka AQL atau RUH bisa terbang kemanapun yang dikehendaki, bisa terbang ke langit manapun dan turun ke langit manapun yang dikehendakinya. Hingga mampu memaknai HAKIKATNYA HAKIKAT, sampai pada hakikat segala sesuatu, samudra yang luasnya meliputi sifat-sifat-NYA, puncaknya puncak dan dasarnya dasar segala sesuatu. Pada titik penghayatan ini, kita akan memahami bahwa sesungguhnya manusia adalah CERMIN TUHAN… Innallaha kholaqo aadama alaa suurotini… Allah menciptakan Adam menyerupai citra-NYA.

Masalahnya adalah ruh, nafs dan akal yang bagaimana yang sesungguhnya bebas dari sifat relatif dan terbatas? Kita sadar bahwa diri kita yang sejati ini merupakan limpahan DZAT-NYA, namun kok dalam kehidupan sehari-hari kita masih diliputi oleh keterbatasan dan tidak mencerminkan khalifah di muka bumi ini? Jangankan khalifah, yang terjadi malah sering berbuat kerusakan dan melanggengkan kemunkaran. Menjadi manusia yang tidak tahu SANGKAN PARANING DUMADI, seperti tersesar di hutan belantara problem dunia fana, tidak tahu asal termasuk kebingungan jalan untuk pulang.

Kita ini ya Fir’aun sebagaimana yang disebut Tuhan di dalam kitab suci. Tuhan pada hakikatnya sedang menuding diri kita ini. Jangan sampai terlambat untuk menyadari kesalahan diri kita dan masukilah senantiasa kesadaran ruh kita. Jangan sampai ketika air laut kematian merangsek ke sungsum dan sel sel darah, dan nyawa kita tinggal sejumput kita baru terbangun…. lah kemana saja kita selama ini, ohoi … Firaun abad 21?

Saat nanti kita sekarat akan meninggal dunia disanalah kita kemudian baru memasuki wilayah kesadaran ruh. Oh….. betapa sia-sia hidupku selama ini…..aku telah mempertuhankan diriku yang palsu…. tidak mempertuhankan DIRIKU YANG SEJATI…Kesadaran sejati yang selama ini tertimbun di dalam diri dan tidak pernah kubangunkan. Sungguh celaka dan sia-sia…. Ampun Gusti….Aku telah menyembah berhala yang tidak lain diriku sendiri, nafsu-nafsuku, keinginan-keinginanku, isteri dan anakku, harta bendaku, syahwatku, kesenangan-kesenanganku, kehormatanku, kemuliaanku, pangkat derajatku…. Wahai Tuhan Kami, kini kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia agar dapat beramal sholeh.. kini kami telah menjadi orang-orang yang yakin…. dan Tuhan bersabda: Telah Kami singkap tirai yang menutupimu, kini pengelihatanmu amat tajam!

Kita sampai pada pemahaman bahwa cahaya itu sesungguhnya tidak hanya bersifat fisik namun sumber cahaya itu justeru hal yang bersifat metafisik. Al Qur’an sebagai cahaya, tentu saja memiliki dimensi metafisik. Bukan hanya buku yang bisa dibakar dan aus, namun memiliki ruh yaitu Al Quran yang bersifat metafisik berupa hakikat pergelaran alam semesta ini. Kalau kita menyebut pergelaran alam semesta… maka jangan hanya diartikan bumi dan langit saja. Itu semua hakikatnya justeru merupakan JAGAD CILIK (Mikrokosmos) sementara pergelaran alam semesta yang hakiki adalah DIRI SEJATI yang merupakan JAGAD GEDE (makrokosmos). Itulah Al Qur’an hidup yang harus kita jelajahi kedalaman semestanya. Kenapa manusia makrokosmos? Sebab yang menentukan besar kecilnya alam semesta bukan alam semesta itu sendiri, melainkan diri kita. Ya Akal kita, Ya Ruh kita. Bukankah kita yang membuat meteran, penggaris, penentu dan pencipta ukuran bagi segala sesuatu? Jadi yang menentukan besar kecilnya “Tuhan” ya anggapan diri kita masing-masing. Cantik mana Luna Maya dengan Cut Tari? Tentu saja tergantung persepsi. Bagi Ariel Peterpan mungkin cantik Luna Maya, namun bagi saya mungkin lebih cantik Cut Tari. Besar mana “Tuhanmu” dengan “Tuhanku?” Tentu saja tergantung pada penghayatan masing-masing orang.

Susunan, sifat, asma/nama dan perbuatan Tuhan (pada diri-NYA sendiri) tetap tidak mampu diketahui kecuali mereka yang sudah mendapat petunjuk atau hidayah dan bagi kebanyakan orang awam benar-benar menjadi misteri sampai kapanpun. Kita hanya bisa melihat FENOMENA-NYA. Sementara NOUMENA-nya jelas tidak bisa kita ketahui. Kita hanya bisa melihat aksidensia-NYA, sementara SUBSTANSI/ESENSI-NYA wallahu a’lam. Kita hanya bisa melihat Miss Universe dari jauh, melihatnya dari luar.. warna kulitnya, bajunya, rambutnya, bibirnya… sementara wujud aslinya apakah seperti itu? Ya silahkan dikira-kira sendiri.

Itu sebabnya, kita tidak boleh sedkitpun mengaku dan merasa tahu tentang diri-NYA. Yang merasa kita tahu tentangnya, 99 asma-NYA yang kita kenal selama ini sebenarnya hanyalah seperti peta penunjuk jalan agar kita tidak tersesat. MAP IS NOT THE TERRITORY: Peta tentu beda dengan wilayah yang sesungguhnya. Apalagi tentang Allah SWT??? Apalagi bahasa dan akal kita sangat terbatas. Dimana batasnya bahasa dan akal? Disinilah batasnya. Yaitu tidak mampu menggapai Susunan, sifat, asma/nama dan perbuatan Tuhan (pada diri-NYA sendiri). Mereka yang awam adalah mereka yang masih belum tersingkap pemahamannya akan alam hakikat. Dia tidak bisa lepas dari alamul hiss was-syahadah… alam kasat mata dan belum mampu memasuki pintu alam malakut yaitu pintu alam yang bisa dimasuki oleh mata batiniah. Mata batin mendapatkan cahaya yaitu RUH Al QUR’AN dan PETUNJUK-NYA yang diturunkan dalam hidup kita sehari-hari, detik ini, disini…

Ketersingkapan pintu alam malakut secara sempurna sungguh mempesonakan hati. Sebuah alam penuh keajaiban dimana kita merasa tidak bisa tidak kecuali HARUS MENGUCAPKAN TERIMA KASIH, sujud sukur tanpa pernah berhenti untuk bertasbih memuji-NYA. Betapa aneh diri kita ini, kok bisa-bisanya tiba-tiba ada di dunia ini. Opo tumon??? Siapa yang menciptakan aku??? Apakah ini perbuatan yang disengaja atau iseng? Pasti disengaja. Bukan iseng. Padahal aku mengisi hidupku dengan iseng, menghabiskan waktuku untuk main domino, mencolek gadis-gadis bahenol di lokalisasi, dan bergaul dengan para preman? Betapa hinanya diriku yang setelah menyadari hal ini kemudian melanjutkan hidup di alam-alam rendah yang sesat… pantas aku lebih sesat dari hewan yang tidak bisa terbang ke alam malakut. Aku tuli dan buta dari sapaan mesra kekasih….

“MEREKA SEPERTI BINATANG, BAHKAN MEREKA LEBIH SESAT LAGI. MEREKALAH ORANG-ORANG YANG LALAI” (QS 7: 179)

Siapa yang telah terbuka pintu alam malakut? Dialah berhak menyandang gelar menjadi hamba Allah SWT. Yaitu mereka yang menghamba kepada-NYA. Bukan kepada yang lain. Mereka ini kemudian menjadi bagian dari alam malakut itu sendiri, dimana kesadaran kosmik-nya telah berubah total, final dan eternal. Indera dan khayalnya, imajinasinya, bukan menjadi bumi tempat tinggalnya lagi, termasuk langit (samaawaat…) serta segala yang terjauh dan ter-ada yang pernah dipikirkannya.

Setiap hari baginya merupakan sebuah pendakian atau Mi’raj. Hidupnya ya suluk itu sendiri. Senantiasa menghampiri hadirat Yang Maha Pecinta bahkan selalu menempel pada Hadhrat Al Quds (Hadirat Kesucian Allah SWT) dimana semua kunci gaib digenggamannya. Yaitu hanya dari sisi-NYA jua semua penyebab adanya maujudat di alam syahadah ini diturunkan dengan perkenaan-NYA. Sebab alam syahadah adalah akibat dari alam malakut yang merupakan sebab. Kalau sekarang ini banyak banjir, tanah longsor, kereta api terbakar, kemacetan di mana-mana, dan keruwetan-keruwetan hidup.. maka itulah akibat dari sebab utama yaitu alam batin kita semua yang kisruh, ruwet dan amburadul!

TALI SIMPUL
Nur artinya cahaya. Muhammad artinya kualitas diri yang terpuji. Muhammad sebagai sosok pribadi telah kembali ke sisi-NYA, namun sebagai kualitas diri maka ia akan tetap hadir pada diri-diri yang mampu menunjukkan derajatnya sebagai Pelita yang Menerangi (SIRAJ MUNIR) sepanjang jaman. Nur Muhammad ada sebelum alam semesta ini ada, sebab cahaya yang mampu menerangi dan meng-ada-kan alam semesta ini ya KEHENDAK, dan KEHENDAK AWAL PENCIPTAAN alam semesta ini adalah KEHENDAK BAIK. Nur Muhammad nanti juga akan mengakhiri pergelaran dan penggulungan alam semesta dengan makna hakikat yang sama. Dan setelah itu, dunia ini diisi dengan cahaya dari semua nabi yang juga merupakan cahaya sepanjang masa, termasuk diri anda, diri saya, diri kita semua. Semua punya satu keping mosaik kebenaran yang harus dikumpulkan agar kebenaran itu menyatu sempurna. Salam paseduluran….@WONGALUS,2010


MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Sabtu, 18 September 2010

Faedah/khasiat " BISMILLAH ENAM "



khasiat Bismillah enam
* Makbul segala hajat dan cita-cita.
* Luas rezkinya.
* Jika ditiup kpd perempuan niscaya kasih ia kepada kita.
* Menang dalam peperangan.
* Penerang hati.
* Diajuhkan dari segala penyakit.
* Dibaca 70 kali setiap hari aman dari ancaman raja-raja dan pembesar yang zalim yang hendak membunuhnya.
* Dibaca ditempat yang suci niscaya dapat melihat malaikat, jin dan syaitan.
* Dibaca dimalam jumaat 20 kali boleh melihat orang didalam kubur.
* Aman daripada binatang2 buas.
* Air laut menjadi tawar.
* Terlepas daripada terkena bunuh juka dibaca kepada tubuh badan.
* Jika ditulis dan dijadikan azimat atau dibaca pada sawah aman daripada ancaman babi, tikus atau burung.
* Terselamat daripada bahaya musuh dan setaranya
* Terselamat dari karam dilaut.
* Jika dibaca pada minyak malam jumaat tiga kali akan memudahkan perempuan beranak jika meminumnya.
* Orang yang pekak jika dibaca pada telinganya selama 7 hari niscaya mendengar.
* Orang gila atau yang dirasuk oleh iblis apabila dibaca ditelinga tiga kali insyaallah lari iblisnya.
* Dapat menawarkan segala jenis bisa termasuk bisa sengat binatang seperti lebah, ular dan ikan.
* Dapat menawarkan segala jenis racun dan santau, seperti yang diperbuat daripada miang rebung, ulat buku mati beragan, hempedu katak dan sebagainya.
* Terkeluar daripada penjara apabila dibaca bersungguh-sungguh.
* Dijadikan jampi untuk menghalau jin dan syaitan.
Cara untuk merawat pesakit yang menderita kerana perkara diatas; latakkan tangan ditempat yang sakit, tahan nafas dan baca al-Fathihah dan juga ayat Bismillah Enam ini. Tiup tempat tersebut dah urut sedikit. Baca juga ayat ini pada air untuk disapukan pada tempat yang sakit dan untuk di minum. Angin akan keluar dari Sisakit dan diikuti oleh muntah, insyaallah.
Doa ini juga boleh digunakan kepada binatang yang termakan rumput yang diracun atau yang dipatuk ular. Kaedah rawatannya adalah dengan memberi makan rumput dan meminum air yang telah dibacakan dengan doa diatas.
AMAL LAH BISMILLAH ENAM INI KERANA IANYA MENJADIKAN SEGALA JENIS RACUN AKAN TAWAR DAN TIDAK MEMBERI MUDHARAT KEPADA PENGAMAL KALAU TERMINUM. GELAS YANG MENGANDUNGI RACUN AKAN PECAH KALAU DIPEGANG OLEH PENGAMAL BISMILLAH ENAM. INSYAALLAH


MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Moon lake goddessryansjinju

Rabu, 02 Juni 2010

Mr.Jacques Yves Costeau: Masuk Islam Setelah Temukan Mukjizat 'Sungai di dalam laut

MySpace Layouts



Mr.Jacques Yves Costeau: Masuk Islam Setelah Temukan Mukjizat 'Sungai di dalam laut,

Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan Sungai dalam Laut: “Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu” (QS Fushshilat 53). “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” (QS Al Furqan 53). “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing" (QS Ar-Rahman 19-20). ::

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia. ::

PADA suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu.

Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”

Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara. ...Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam...

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53) Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.” ...Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung... Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun-daunan.

sungguh indah pemandangan sungai dalam laut